「70 Kutipan RA Kartini Kata Bijak Tentang Emansipasi Perempuan Hingga Cinta Untuk Status Di Sosmed」の版間の差分
AimeeBronner (トーク | 投稿記録) 細 |
ClintWhitmer2 (トーク | 投稿記録) 細 |
||
1行目: | 1行目: | ||
Hari Kartini diperingati | Hari Kartini diperingati setiap-tiap tanggal 21 April.<br><br>Peringatan Hari menurut terhadap tanggal kelahiran pahlawan nasional perempuan, Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini.<br><br>RA Kartini menjadi sosok yang kondang atas masukannya didalam mempelopori emansipasi [https://eriezreen.blogspot.com/2010/10/perempuan-cantik.html perempuan] di Indonesia.<br><br>Pahlawan perempuan kelahiran Jepara ini terhitung menerbitkan karya yang tenar, the story teller merupakan buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Jelas.<br><br>Untuk memperingati Hari Kartini, di bawah ini, tersedia 70 kutipan kata-kata arif yang pernah dikemukakan RA Kartini.<br><br>Kata-kata arif hal yang demikian berkenaan emansipasi perempuan, pendidikan, perjuangan, hingga cinta.<br><br>Baca juga: Hari Kartini 21 April: [https://mystories.info/ story teller] Berikut Sejarah hingga Biografi RA Kartini<br><br>Buku RA Kartini.<br><br>Berikut 70 kutipan kata-kata bijaksana RA Kartini, dirangkum dari buku Celoteh R.A. Kartini: 232 Ujaran Arif sang Pejuang Emansipasi, karya Ahmad Nurcholish:<br><br>1. "Seorang guru bukan hanya sebagai pengasah pikiran saja, melainkan terhitung pendidik budi pekerti."<br><br>2. "Namun apalah bermakna pandai didalam ilmu yang hendak diajar itu, sekiranya dia tak cakap menerangkannya secara tahu kepada murid-murid."<br><br>3. "Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, panoramanya telah diperluas, tidak akan cakap lagi hidup di didalam dunia nenek moyangnya."<br><br>4. "Kita kapabel menjadi manusia sepenuhnya, tanpa stop menjadi wanita sepenuhnya."<br><br>5. "Untuk saat didiklah, berilah pembelajaran kepada anak-si kecil perempuan kaum bangsawan: dari sinilah peradaban bangsa sepatutnya diawali. Jadikanlah mereka ibu-ibu yang kapabel, cerdas, dan baik. Maka mereka akan menyebarluaskan peradaban di pada bangsanya."<br><br>6. "Bahwa kebahagiaan perempuan yang paling tinggi, sejak berabad-abad yang segera apalagi terhitung hingga ketika ini ialah hidup seirama bersama laki-laki."<br><br>7. "Rampaslah seluruh harta benda aku, asalkan jangan pena aku."<br><br>8. "Pengajaran sekolah bagi buah hati-anak terhadap ketika kini merupakan hal yang umum sekali, tetapi seandainya jumlah buah hati raih 25 orang, bagaimana barangkali pendidikan yang sebaik-pantasnya itu kapabel diusahakan bagi mereka semua? Orang tak memiliki hak melahirkan si kecil seandainya dia tak mampu menghidupinya."<br><br>9. "Sekiranya orang hendak sungguh-sungguh memajukan peradaban, karenanya kecerdasan pikiran dan pertumbuhan budi mesti sama-sama dimajukan."<br><br>10. "Merupakan suatu bantuan dan bantuan besar sekali bagi orang laki-laki bila perempuan berbudi tinggi dan terpelajar."<br><br>11. "Ketidaksetaraan perempuan ini dampak dari dibatasinya akses perempuan untuk mendapatkan ilmu supaya perempuan menjadi bodoh. Sehingga sistem cuma satu merupakan perempuan seharusnya sekolah."<br><br>12. "Simpati itu bagi kami adalah kepuasan, tenaga, bantuan, kegembiraan, dan hiburan."<br><br>13. "Dan gadis-gadis lebih-lebih terlampau ada persoalan hidupnya, karena mereka sudah berada di tempat di mana alam tiap-tiap-tiap-tiap hari diperkosa. Bukankah itu memerkosa kodrat alam namanya, seandainya perempuan harus tinggal bersama damai serumah bersama madunya?"<br><br>14. "Sungguh, anak bangsa itu sendiri, orang perempuan harus mendengarkan suaranya! Masih akan dapatkah bersama tenang orang mengatakan 'situasi mereka bagus' apabila orang memperhatikan dan tahu semuanya, yang telah kami memperhatikan dan kami kenal itu?"<br><br>15. "Dan kepada pendidikan itu janganlah hanya nalar yang dipertajam, tetapi budi malahan wajib dipertinggi."<br><br>16. "Jikalau kami menghendaki orang lain ikuti jejak kami, karenanya misal yang kami memberikan haruslah suatu hal yang berdiskusi, menyebabkan rasa takjub dan permohonan untuk menirunya."<br><br>17. "Kami si kecil-anak perempuan tak boleh membawa anggapan, kami harus terima dan menyetujui serta mengamini seluruh yang diakui bagus oleh orang lain."<br><br>18. "Banyak emansipasi wanita bukanlah untuk persamaan derajat, emansipasi ialah pembuktian diri yang sesuai pada raga yang tangguh, melainkan hati selamanya tunduk. Emansipasi tersedia penerimaan. Penerimaan diri bahwa tiap-tiap-tiap-tiap daerah tersedia empu yang dikodratkan dan dipantaskan."<br><br>19. "Saya akan mendidik si kecil-si kecil aku, bagus laki-laki maupun perempuan untuk saling memandang sebagai makhluk yang sama. Aku akan mengimbuhkan pengajaran yang mirip kepada mereka, pasti saja berdasarkan bakatnya masing-masing, Lagi pula, aku bermaksud akan menghapuskan batas yang menggelikan pada laki-laki dan perempuan yang diciptakan orang sedemikian akuratnya."<br><br>20. "Pendidikan untuk wanita terlampau penting didalam konteks membantu perannya sebagai istri dan ibu yang berkhayal besar. Namun seandainya tak benar kira dan menelantarkan anak-anaknya, bermakna mirip saja bersama membodoh lagi."<br><br>21. "Biarkan orang banyak itu bodoh, maka kekuasaan atas mereka tersedia di tangan kita! Kiranya demikian slogan lazimnya pembesar. Mereka tak bahagia memperhatikan orang-orang lain terhitung idamkan ilmu dan kemajuan."<br><br>22. "Tak patut penjelasan mengapa kemajuan kepandaian masyarakat Bumiputra tidak mampu kencang, jikalau didalam hal itu perempuan terbelakang. Tiap dikala kemajuan perempuan itu rupanya merupakan aspek penting didalam peradaban bangsa."<br><br>23. "Marilah wahai perempuan, gadis. Bangkitlah, marilah kami berjabatan tangan dan bersamaan berprofesi mengubah kondisi yang tak terderita ini."<br><br>24. "Dalam tangan anaklah terletak era depan dan didalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan era depan itu."<br><br>24. "Jago itu tak merupakan kebahagiaan untuk setiap-tiap-tiap orang. Celakalah apabila orang mampu berpikir tapi tidak boleh; bila orang cakap merasa, kapabel dan berharap, melainkan tak boleh. Lebih baik selamanya bodoh saja."<br><br>25. "Kami manusia, seperti halnya orang laki-laki. Aduh, berilah izin untuk membuktikannya. Lepaskan belenggu aku! Izinkan aku berbuat dan saya akan menunjukkan, bahwa aku manusia. Manusia seperti laki-laki."<br><br>26. "Kecerdasan otak saja tak bermakna seluruh-galanya. Mesti tersedia terhitung kecerdasan lain yang lebih tinggi, yang erat terjalin bersama orang lain untuk mengantakan orang ke arah yang ditujunya. Di samping otak, terhitung hati seharusnya diberi arahan, apabila tak demikian peradaban tinggal permukaannya saja."<br><br>27. "Ikhtiar! Berjuanglah memperkenankan diri. Kalau engkau telah bebas karena ikhtiarmu itu, barulah mampu engkau tolong orang lain."<br><br>28. "Kalau kami tak melacak pengetahuan, maka hidup kami tidak akan bergembira dan kehidupan kami akan makin mundur."<br><br>29. "Karena apabila taraf hidup kesenian suatu bangsa tinggi, karenanya budi bangsa itu sendiri ialah suatu puisi."<br><br>30. "Habis gelap terbitlah terang."<br><br>31. "Tiada awan di langit yang selamanya selamanya. Tiada barangkali akan tetap terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia mirip alam."<br><br>32. "Jangan bangkitkan cita-cita yang pasti akan mati. Janganlah hendak bercita-cita bila lebih pernah sudah dikenal nanti akan bangun bersama teramat mengecewakan."<br><br>33. "Jangan kau katakan aku tidak bisa, melainkan katakan aku berharap."<br><br>34. "Kami mengira kami tahu banyak sekali, namun sesungguhnya kami tak tahu apa-apa. Kami menyangka kami membawa kemauan, kemauan besi. Kami menyangka kami kapabel memindahkan gunung melainkan riilnya hanya setitik air mata pedih, sekejap pandangan mata duka cita dari mata yang kami sayangi dan patahlah kesanggupan kami."<br><br>35. "Pergilah, bekerjalah untuk menciptakan cita-citamu. Bekerjalah untuk kebahagiaan ribuan orang-orang tertindas oleh aturan yang lalim bersama tahu yang tidak benar berkenaan benar dan salah, berkenaan bagus dan jahat. Pergilah, pergilah, tanggunglah derita dan berjuanglah tapi bekerjalah untuk suatu hal yang abadi."<br><br>36. "Dalam hatinya sebab konfrontasi terhadap kondisi zaman, jiwanya menjadi matang. Dia tidak akan, tidak mau tunduk. Ia seharusnya menempuh jalur baru."<br><br>37. "Percayalah akan era depan."<br><br>38. "Para lanjut usia, jangan menolak segala yang baru. Ingatlah, bahwa segala yang sekarang telah tua, terhitung pernah baru."<br><br>39. "Ketidaksetaraan inilah yang sebabkan ketidakadilan dan ketimpangan ekonomi."<br><br>40. "Bagaimanapun jalannya, sekali-kali jangan penat untuk mengusahakan bermotivasi membela segala yang bagus."<br><br>41. "Kami yakin, jika seseorang berani mengawali, banyak yang akan mencontoh."<br><br>42. "Angkatan muda, tak ada pandang laki-laki atau perempuan wajiblah terkait. Masing-masing secara sendiri-sendiri kapabel bertindak suatu hal untuk memajukan, tingkatkan derajat bangsa kami. Melainkan apabila kami bersatu, mempersatukan kemampuan kami, bekerja bersama-sama, karenanya hasil bisnis kami akan lebih besar. Bersatu kami kukuh dan berkuasa."<br><br>43. "Kita mesti hidup bersamaan dan untuk segala manusia. Tujuan hidup kami merupakan sebabkan hidup lebih cantik."<br><br>44. "Sudah jauh dan lama kami mencari, dan kami tiadalah tahu, terlampau dekatnya, selamanya terhadap kami barang yang kami cari itu, tersedia di didalam diri kami sendiri."<br><br>45. "Tindakan saya itu akan lebih banyak menarik hati orang sebangsa saya daripada seribu kata ajakan yang gembira-bersuka cita."<br><br>46. "Bagaimana barangkali seorang pria dan wanita sanggup mencintai satu bersama yang lain ketika mereka baru bersua pertama kali didalam kehidupan ini sesudah mereka terikat didalam pernikahan?"<br><br>47. "Kita menghendaki untuk dicintai--bukan ditakuti."<br><br>48. "Tiada hal yang lebih indah tak sekedar mampu menerbitkan senyum di wajah mereka yang kami cinta."<br><br>49. "Saat suatu jalinan berakhir, bukan bermakna orang berhenti saling mencintai. Mereka hanya berhenti saling menyakiti."<br><br>50. "Betapa ganjil sudah ajaibnya rasa kasih sayang itu: tak ingin dipaksa, tak berkeinginan diikat di mana malah juga. Datang tanpa diundang, tak dikira-sangka. Dan bersama sepatah kata saja, tapi sepatah kata yang menjenguk jauh ke didalam kehidupan batin masing-masing. Jauh mengikat dua jiwa yang hingga sekarang belum mengetahui bersama ikatan-ikatan erat!"<br><br>51. "Maksud Ilahi terhadap kami adalah baik. Hidup ini dikasih terhadap kami sebagai rahmat dan tidak sebagai muatan, kami manusia sendiri lazimnya membuatnya menjadi kesengsaraan dan penderitaan."<br><br>52. "Agama seharusnya menjaga kami dari tingkah laku dosa, melainkan berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama."<br><br>53. "Berharap benar saya memakai gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah."<br><br>54. "Kedudukan ibu rohani lebih tinggi dari ibu jasmani."<br><br>55. "Tugas manusia adalah menjadi manusia."<br><br>56. "Harta paling suci di dunia yakni hati laki-laki yang luhur."<br><br>57. "Banyak hal yang cakap menjatuhkanmu. Tapi cuma satu hal yang terlampau sanggup menjatuhkanmu ialah sikapmu sendiri."<br><br>58. "Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang singgah didalam hidupmu. Yang tidak pernah memberikannya, kamulah yang membolehkannya datang."<br><br>59. "Teruslah bercita-cita, teruslah berkhayal, bermimpilah sepanjang engkau cakap bermimpi! Bila tak ada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang hakekatnya kejam."<br><br>60. "Tahukah engkau semboyanku? Saya Berharap! Dua patah kata yang ringkas itu telah sebagian kali membantu dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesulitan. Kata Aku tak dapat! Melenyapkan rasa berani. Kalimat "Saya Berkeinginan!" sebabkan kami mudah mendaki puncak gunung."<br><br>61. "Lebih banyak kami maklum, lebih kurang rasa dendam didalam hati kita. Kian adil pertimbangan kami dan makin kokoh dasar rasa beri sayang. Tiada mendendam, itulah bersuka cita."<br><br>62. "Kala, ada situasi sulit harus kamu rasakan lebih-lebih dulu sebelum akan kebahagiaan yang prima singgah kepadamu."<br><br>63. "Jangan pernah menyerah bila kau masih idamkan mencoba. Jangan biarkan penyesalan singgah karena kamu selangkah lagi untuk menang."<br><br>64. "Tidak hiraukan seberapa keras kamu mencoba, kamu tak akan pernah sanggup menentang apa yang kamu rasa. Apabila kamu sebetulnya berharga di mata seseorang, tidak tersedia alasan baginya untuk melacak seseorang yang lebih bagus darimu."<br><br>65. "Adakah yang lebih hina, daripada bertumpu kepada orang lain?"<br><br>66. "Karena tersedia bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula didalam hidup manusia. Karena tersedia angan-angan mudah mati, kadangkala timbullah angan-angan lain, yang lebih total, yang boleh menjadikannya buah."<br><br>67. "Karena barang siapa tak sanggup merasakan sakit, ia terhitung kebal terhadap rasa bersuka cita. Barang siapa tidak menderita, tak terhitung sanggup merasakan enak yang sebetulnya."<br><br>68. "Hanya orang-orang yang kuat hati dan pikirannya yang kapabel bertahan didalam topan semacam itu, kapabel melawan kekejaman dan kekerasan dunia."<br><br>69. "Kesadaran si kecil-anak patut dibangunkan, bahwa mereka harus mencukupi panggilan budi didalam masyarakat terhadap bangsa yang akan mereka kemudikan."<br><br>70. "Petani paling bagus tak akan memungut padi dari tanah yang tidak dijalankannya lebih dulu, sebelum akan menebarkan benih dan menanam di situ! Tak akan cakap terhitung ahli bangunan yang paling baik mendirikan gedung tanpa fondasi!"<br><br>Informasi lainnya berkenaan Hari Kartini[https://www.cloudflare.com?utm_source=challenge&utm_campaign=m cloudflare.com] |
2022年11月1日 (火) 07:44時点における版
Hari Kartini diperingati setiap-tiap tanggal 21 April.
Peringatan Hari menurut terhadap tanggal kelahiran pahlawan nasional perempuan, Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini.
RA Kartini menjadi sosok yang kondang atas masukannya didalam mempelopori emansipasi perempuan di Indonesia.
Pahlawan perempuan kelahiran Jepara ini terhitung menerbitkan karya yang tenar, the story teller merupakan buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Jelas.
Untuk memperingati Hari Kartini, di bawah ini, tersedia 70 kutipan kata-kata arif yang pernah dikemukakan RA Kartini.
Kata-kata arif hal yang demikian berkenaan emansipasi perempuan, pendidikan, perjuangan, hingga cinta.
Baca juga: Hari Kartini 21 April: story teller Berikut Sejarah hingga Biografi RA Kartini
Buku RA Kartini.
Berikut 70 kutipan kata-kata bijaksana RA Kartini, dirangkum dari buku Celoteh R.A. Kartini: 232 Ujaran Arif sang Pejuang Emansipasi, karya Ahmad Nurcholish:
1. "Seorang guru bukan hanya sebagai pengasah pikiran saja, melainkan terhitung pendidik budi pekerti."
2. "Namun apalah bermakna pandai didalam ilmu yang hendak diajar itu, sekiranya dia tak cakap menerangkannya secara tahu kepada murid-murid."
3. "Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, panoramanya telah diperluas, tidak akan cakap lagi hidup di didalam dunia nenek moyangnya."
4. "Kita kapabel menjadi manusia sepenuhnya, tanpa stop menjadi wanita sepenuhnya."
5. "Untuk saat didiklah, berilah pembelajaran kepada anak-si kecil perempuan kaum bangsawan: dari sinilah peradaban bangsa sepatutnya diawali. Jadikanlah mereka ibu-ibu yang kapabel, cerdas, dan baik. Maka mereka akan menyebarluaskan peradaban di pada bangsanya."
6. "Bahwa kebahagiaan perempuan yang paling tinggi, sejak berabad-abad yang segera apalagi terhitung hingga ketika ini ialah hidup seirama bersama laki-laki."
7. "Rampaslah seluruh harta benda aku, asalkan jangan pena aku."
8. "Pengajaran sekolah bagi buah hati-anak terhadap ketika kini merupakan hal yang umum sekali, tetapi seandainya jumlah buah hati raih 25 orang, bagaimana barangkali pendidikan yang sebaik-pantasnya itu kapabel diusahakan bagi mereka semua? Orang tak memiliki hak melahirkan si kecil seandainya dia tak mampu menghidupinya."
9. "Sekiranya orang hendak sungguh-sungguh memajukan peradaban, karenanya kecerdasan pikiran dan pertumbuhan budi mesti sama-sama dimajukan."
10. "Merupakan suatu bantuan dan bantuan besar sekali bagi orang laki-laki bila perempuan berbudi tinggi dan terpelajar."
11. "Ketidaksetaraan perempuan ini dampak dari dibatasinya akses perempuan untuk mendapatkan ilmu supaya perempuan menjadi bodoh. Sehingga sistem cuma satu merupakan perempuan seharusnya sekolah."
12. "Simpati itu bagi kami adalah kepuasan, tenaga, bantuan, kegembiraan, dan hiburan."
13. "Dan gadis-gadis lebih-lebih terlampau ada persoalan hidupnya, karena mereka sudah berada di tempat di mana alam tiap-tiap-tiap-tiap hari diperkosa. Bukankah itu memerkosa kodrat alam namanya, seandainya perempuan harus tinggal bersama damai serumah bersama madunya?"
14. "Sungguh, anak bangsa itu sendiri, orang perempuan harus mendengarkan suaranya! Masih akan dapatkah bersama tenang orang mengatakan 'situasi mereka bagus' apabila orang memperhatikan dan tahu semuanya, yang telah kami memperhatikan dan kami kenal itu?"
15. "Dan kepada pendidikan itu janganlah hanya nalar yang dipertajam, tetapi budi malahan wajib dipertinggi."
16. "Jikalau kami menghendaki orang lain ikuti jejak kami, karenanya misal yang kami memberikan haruslah suatu hal yang berdiskusi, menyebabkan rasa takjub dan permohonan untuk menirunya."
17. "Kami si kecil-anak perempuan tak boleh membawa anggapan, kami harus terima dan menyetujui serta mengamini seluruh yang diakui bagus oleh orang lain."
18. "Banyak emansipasi wanita bukanlah untuk persamaan derajat, emansipasi ialah pembuktian diri yang sesuai pada raga yang tangguh, melainkan hati selamanya tunduk. Emansipasi tersedia penerimaan. Penerimaan diri bahwa tiap-tiap-tiap-tiap daerah tersedia empu yang dikodratkan dan dipantaskan."
19. "Saya akan mendidik si kecil-si kecil aku, bagus laki-laki maupun perempuan untuk saling memandang sebagai makhluk yang sama. Aku akan mengimbuhkan pengajaran yang mirip kepada mereka, pasti saja berdasarkan bakatnya masing-masing, Lagi pula, aku bermaksud akan menghapuskan batas yang menggelikan pada laki-laki dan perempuan yang diciptakan orang sedemikian akuratnya."
20. "Pendidikan untuk wanita terlampau penting didalam konteks membantu perannya sebagai istri dan ibu yang berkhayal besar. Namun seandainya tak benar kira dan menelantarkan anak-anaknya, bermakna mirip saja bersama membodoh lagi."
21. "Biarkan orang banyak itu bodoh, maka kekuasaan atas mereka tersedia di tangan kita! Kiranya demikian slogan lazimnya pembesar. Mereka tak bahagia memperhatikan orang-orang lain terhitung idamkan ilmu dan kemajuan."
22. "Tak patut penjelasan mengapa kemajuan kepandaian masyarakat Bumiputra tidak mampu kencang, jikalau didalam hal itu perempuan terbelakang. Tiap dikala kemajuan perempuan itu rupanya merupakan aspek penting didalam peradaban bangsa."
23. "Marilah wahai perempuan, gadis. Bangkitlah, marilah kami berjabatan tangan dan bersamaan berprofesi mengubah kondisi yang tak terderita ini."
24. "Dalam tangan anaklah terletak era depan dan didalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan era depan itu."
24. "Jago itu tak merupakan kebahagiaan untuk setiap-tiap-tiap orang. Celakalah apabila orang mampu berpikir tapi tidak boleh; bila orang cakap merasa, kapabel dan berharap, melainkan tak boleh. Lebih baik selamanya bodoh saja."
25. "Kami manusia, seperti halnya orang laki-laki. Aduh, berilah izin untuk membuktikannya. Lepaskan belenggu aku! Izinkan aku berbuat dan saya akan menunjukkan, bahwa aku manusia. Manusia seperti laki-laki."
26. "Kecerdasan otak saja tak bermakna seluruh-galanya. Mesti tersedia terhitung kecerdasan lain yang lebih tinggi, yang erat terjalin bersama orang lain untuk mengantakan orang ke arah yang ditujunya. Di samping otak, terhitung hati seharusnya diberi arahan, apabila tak demikian peradaban tinggal permukaannya saja."
27. "Ikhtiar! Berjuanglah memperkenankan diri. Kalau engkau telah bebas karena ikhtiarmu itu, barulah mampu engkau tolong orang lain."
28. "Kalau kami tak melacak pengetahuan, maka hidup kami tidak akan bergembira dan kehidupan kami akan makin mundur."
29. "Karena apabila taraf hidup kesenian suatu bangsa tinggi, karenanya budi bangsa itu sendiri ialah suatu puisi."
30. "Habis gelap terbitlah terang."
31. "Tiada awan di langit yang selamanya selamanya. Tiada barangkali akan tetap terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia mirip alam."
32. "Jangan bangkitkan cita-cita yang pasti akan mati. Janganlah hendak bercita-cita bila lebih pernah sudah dikenal nanti akan bangun bersama teramat mengecewakan."
33. "Jangan kau katakan aku tidak bisa, melainkan katakan aku berharap."
34. "Kami mengira kami tahu banyak sekali, namun sesungguhnya kami tak tahu apa-apa. Kami menyangka kami membawa kemauan, kemauan besi. Kami menyangka kami kapabel memindahkan gunung melainkan riilnya hanya setitik air mata pedih, sekejap pandangan mata duka cita dari mata yang kami sayangi dan patahlah kesanggupan kami."
35. "Pergilah, bekerjalah untuk menciptakan cita-citamu. Bekerjalah untuk kebahagiaan ribuan orang-orang tertindas oleh aturan yang lalim bersama tahu yang tidak benar berkenaan benar dan salah, berkenaan bagus dan jahat. Pergilah, pergilah, tanggunglah derita dan berjuanglah tapi bekerjalah untuk suatu hal yang abadi."
36. "Dalam hatinya sebab konfrontasi terhadap kondisi zaman, jiwanya menjadi matang. Dia tidak akan, tidak mau tunduk. Ia seharusnya menempuh jalur baru."
37. "Percayalah akan era depan."
38. "Para lanjut usia, jangan menolak segala yang baru. Ingatlah, bahwa segala yang sekarang telah tua, terhitung pernah baru."
39. "Ketidaksetaraan inilah yang sebabkan ketidakadilan dan ketimpangan ekonomi."
40. "Bagaimanapun jalannya, sekali-kali jangan penat untuk mengusahakan bermotivasi membela segala yang bagus."
41. "Kami yakin, jika seseorang berani mengawali, banyak yang akan mencontoh."
42. "Angkatan muda, tak ada pandang laki-laki atau perempuan wajiblah terkait. Masing-masing secara sendiri-sendiri kapabel bertindak suatu hal untuk memajukan, tingkatkan derajat bangsa kami. Melainkan apabila kami bersatu, mempersatukan kemampuan kami, bekerja bersama-sama, karenanya hasil bisnis kami akan lebih besar. Bersatu kami kukuh dan berkuasa."
43. "Kita mesti hidup bersamaan dan untuk segala manusia. Tujuan hidup kami merupakan sebabkan hidup lebih cantik."
44. "Sudah jauh dan lama kami mencari, dan kami tiadalah tahu, terlampau dekatnya, selamanya terhadap kami barang yang kami cari itu, tersedia di didalam diri kami sendiri."
45. "Tindakan saya itu akan lebih banyak menarik hati orang sebangsa saya daripada seribu kata ajakan yang gembira-bersuka cita."
46. "Bagaimana barangkali seorang pria dan wanita sanggup mencintai satu bersama yang lain ketika mereka baru bersua pertama kali didalam kehidupan ini sesudah mereka terikat didalam pernikahan?"
47. "Kita menghendaki untuk dicintai--bukan ditakuti."
48. "Tiada hal yang lebih indah tak sekedar mampu menerbitkan senyum di wajah mereka yang kami cinta."
49. "Saat suatu jalinan berakhir, bukan bermakna orang berhenti saling mencintai. Mereka hanya berhenti saling menyakiti."
50. "Betapa ganjil sudah ajaibnya rasa kasih sayang itu: tak ingin dipaksa, tak berkeinginan diikat di mana malah juga. Datang tanpa diundang, tak dikira-sangka. Dan bersama sepatah kata saja, tapi sepatah kata yang menjenguk jauh ke didalam kehidupan batin masing-masing. Jauh mengikat dua jiwa yang hingga sekarang belum mengetahui bersama ikatan-ikatan erat!"
51. "Maksud Ilahi terhadap kami adalah baik. Hidup ini dikasih terhadap kami sebagai rahmat dan tidak sebagai muatan, kami manusia sendiri lazimnya membuatnya menjadi kesengsaraan dan penderitaan."
52. "Agama seharusnya menjaga kami dari tingkah laku dosa, melainkan berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama."
53. "Berharap benar saya memakai gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah."
54. "Kedudukan ibu rohani lebih tinggi dari ibu jasmani."
55. "Tugas manusia adalah menjadi manusia."
56. "Harta paling suci di dunia yakni hati laki-laki yang luhur."
57. "Banyak hal yang cakap menjatuhkanmu. Tapi cuma satu hal yang terlampau sanggup menjatuhkanmu ialah sikapmu sendiri."
58. "Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang singgah didalam hidupmu. Yang tidak pernah memberikannya, kamulah yang membolehkannya datang."
59. "Teruslah bercita-cita, teruslah berkhayal, bermimpilah sepanjang engkau cakap bermimpi! Bila tak ada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang hakekatnya kejam."
60. "Tahukah engkau semboyanku? Saya Berharap! Dua patah kata yang ringkas itu telah sebagian kali membantu dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesulitan. Kata Aku tak dapat! Melenyapkan rasa berani. Kalimat "Saya Berkeinginan!" sebabkan kami mudah mendaki puncak gunung."
61. "Lebih banyak kami maklum, lebih kurang rasa dendam didalam hati kita. Kian adil pertimbangan kami dan makin kokoh dasar rasa beri sayang. Tiada mendendam, itulah bersuka cita."
62. "Kala, ada situasi sulit harus kamu rasakan lebih-lebih dulu sebelum akan kebahagiaan yang prima singgah kepadamu."
63. "Jangan pernah menyerah bila kau masih idamkan mencoba. Jangan biarkan penyesalan singgah karena kamu selangkah lagi untuk menang."
64. "Tidak hiraukan seberapa keras kamu mencoba, kamu tak akan pernah sanggup menentang apa yang kamu rasa. Apabila kamu sebetulnya berharga di mata seseorang, tidak tersedia alasan baginya untuk melacak seseorang yang lebih bagus darimu."
65. "Adakah yang lebih hina, daripada bertumpu kepada orang lain?"
66. "Karena tersedia bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula didalam hidup manusia. Karena tersedia angan-angan mudah mati, kadangkala timbullah angan-angan lain, yang lebih total, yang boleh menjadikannya buah."
67. "Karena barang siapa tak sanggup merasakan sakit, ia terhitung kebal terhadap rasa bersuka cita. Barang siapa tidak menderita, tak terhitung sanggup merasakan enak yang sebetulnya."
68. "Hanya orang-orang yang kuat hati dan pikirannya yang kapabel bertahan didalam topan semacam itu, kapabel melawan kekejaman dan kekerasan dunia."
69. "Kesadaran si kecil-anak patut dibangunkan, bahwa mereka harus mencukupi panggilan budi didalam masyarakat terhadap bangsa yang akan mereka kemudikan."
70. "Petani paling bagus tak akan memungut padi dari tanah yang tidak dijalankannya lebih dulu, sebelum akan menebarkan benih dan menanam di situ! Tak akan cakap terhitung ahli bangunan yang paling baik mendirikan gedung tanpa fondasi!"
Informasi lainnya berkenaan Hari Kartinicloudflare.com