Perbudakan Di Amerika Serikat

提供: 炎上まとめwiki
ナビゲーションに移動 検索に移動


Perbudakan di Amerika Serikat adalah perlembagaan absah mengenai perbudakan manusia yang pernah ada di Amerika Serikat pada abad ke-18 dan 19. Perbudakan pernah dilaksanakan di Amerika Utara jajahan Britania dari masa-masa awal penjajahan, dan diakui juga di Tigabelas Koloni pada saat Proklamasi Kemerdekaan tahun 1776.nationalgeographic.com Ketika Amerika Serikat didirikan, meskipin beberapa orang berwarna bebas ada juga, status para budak biasanya bersamaan dengan keturunan Afrika, hal ini membuat sebuah sistem dan tradisi di mana ras memainkan peran yang sangat berpengaruh. Kebanyakan orang yang menjadi budak berkulit hitam dan dimiliki orang yang berkulit putih, meskipun beberapa penduduk asli dan orang berkulit hitam juga memiliki budak. Terdapat pula budak berkulit putih, namun jumlahnya sedikit. Mayoritas pemilik budak berada di Amerika Serikat Wilayah Selatan, di mana kebanyakan dijadikan "mesin" untuk pertanian. Setelah Perang Revolusi Kemerdekaan Amerika Serikat, undang-undang dan sentimen pro abolisionis secara bertahap meluas di negara-negara bagian utara, sementara meluasnya industri perkatunan dari tahun 1800 membuat negara-negara bagian Selatan dengan kuat mengidentifikasi diri dengan perbudakan dan bahkan ingin memperluasnya ke daerah-daerah baru di Barat. Amerika Serikat terpolarisasi dengan oleh perbudakan menjadi daerah bebas dan daerah berbudak, sepanjang Garis Mason-Dixon yang memisahkan Maryland (berbudak) dengan Pennsylvania (bebas). Meskipun perdagangan perbudakan internasional dilarang mulai tahun 1808, perdagangan internal budak terus berlanjut dan populasi budak melonjak ke 4 juta jiwa sebelum perbudakan diabolisi. Ketika daerah-daerah baru di bagian Barat AS dibuka, maka negara-negara bagian Selatan yakin bahwa mereka harus menjaga keseimbangan antara negara-negara bagian pro budak dan negara-negara bagian bebas sehingga bisa menjaga keseimbangan kekuasaan di Congress atau Parlemen AS. Daerah-daerah baru AS yang diperoleh dari Britania, Prancis dan Meksiko dijadikan kompromi-kompromi politik besar. Pada tahun 1850, daerah Selatan baru yang menanam katun dan kaya mengancam akan keluar dari negara kesatuan AS, dan ketegangan semakin melonjak. Para pendeta-pendeta pun ditekan untuk berkhotbah sesuai kebijakan politik, dan dengan ini aliran Baptis dan Methodis pecah menjadi organisasi kedaerahan. Ketika Abraham Lincoln terpilih menjadi Presiden AS pada tahun 1860, maka akhirnya Daerah AS Selatan memerdekakan diri, keluar dari negara kesatuan AS dan mendirikan Konfederasi. Hal ini mencetuskan pecahnya Perang Saudara AS dan mengganggu perekonomian yang berdasarkan perbudakan, dengan banyaknya budak yang melarikan diri atau dibebaskan oleh Tentara Utara. Perang Saudara ini secara efektif menghentikan perbudakan sebelum Amendemen ke-13 (Desember 1965) melarang perlembagaan ini di seluruh wilayah AS. Pada tahun-tahun awal Permukiman Teluk Chesapeake, sungguhlah sulit untuk menarik dan mempertahankan para pekerja, apalagi tingkat kematiannya atau mortalitas cukup tinggi. Sebagian besar pekerja berasal dari Britania sebagai hamba yang terikat, yang telah menandatangani kontrak untuk membayar biaya perjalanan dengan upah pekerjaan mereka, tempat tinggal dan tempat pelatihannya, biasanya di sebuah pertanian. Sebab biasanya permukiman koloni ini bersifat agraris. Para pekerja kontrakan ini adalah orang-orang muda yang ingin menetap di tanah perantauan. Beberapa majikan memperlakukan mereka seburuk atau sebaik mereka memperlakukan anggota keluarga. Dalam beberapa kasus, para narapidana yang telah dijatuhi hukuman, dikirim ke daerah koloni daripada dimasukkan ke penjara. Banyak Orang Skotlandia-Irlandia, Irlandia dan Jerman yang tiba pada abad ke-18. Para pekerja kontrakan ini bukanlah budak. Masalah utama bagi pekerja kontrakan ini ialah bahwa sebagian besar pergi setelah beberapa tahun, pas pada saat mereka telah menjadi terampil dan merupakan pekerja yang paling handal. Selain itu, ekonomi di Inggris membaik pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18, sehingga pekerja kontrakan yang bertolak ke koloni menjadi semakin sedikit. Para sejarawan memperkirakan bahwa lebih dari separuh semua imigram berkulit putih yang menuju ke daerah jajahan Inggris di Amerika Utara merupakan pekerja kontrakan. Jumlah pekerja kontrakan terutama sungguh besar di Wilayah Selatan. Orang-orang Afrika pertama yang tiba di Koloni Inggris berjumlah sekitar 19 dan mendarat pada tahun 1619 di dekat Jamestown, Virginia. Mereka dibawa oleh para pedagang Belanda yang menyita mereka dari sebuah kapal Spanyol yang mereka rebut. Orang Spanyol biasanya membaptis mereka sebelum mereka dinaikkan ke kapal. Karena undang-undang Inggris melarang orang yang telah dibaptis dianggap sebagai budak, maka mereka bergabung dengan sekitar 1.000 pekerja kontrak Inggris yang sudah ada di koloni. Mereka dibebaskan setelah selang beberapa waktu dan diberi tanah untuk dipergunakan dan persediaan barang-barang oleh mantan majikan mereka. Sejarawan Ira Berlin mencatat bahwa apa yang ia sebut sebagai "generasi piagam" (charter generation) kadang kala terdiri dari para pria blasteran yang merupakan pekerja kontrak dan merupakan keturunan Afrika dan Iberia. Mereka adalah keturunan wanita Afrika dan pria Portugis dan Spanyol yang bekerja di pelabuhan-pelabuhan Afrika sebagai pedagang atau perantara dalam perdagangan budak. Sebagai contoh, seperti Anthony Johnson yang tiba pada tahun 1621 sebagai pekerja kontrak, beberapa orang Afrika bisa bebas dan bahkan memiliki properti. Transformasi status orang-orang Afrika dari perhambaan terikat sampai ke perbudakan dari mana mereka tidak bisa lepas, terjadi secara bertahap. Pada sejarah awal Virginia belum ada undan-undang mengenai perbudakan. Namun pada tahun 1640 ada sebuah pengadilan di Virginia yang memvonis seseorang bernama John Punch menjadi budak setelah ia mencoba melarikan diri dari pekerjaannya. The two whites with whom he fled were only sentenced to an additional year of their indenture, and three years service to the colony. Dua orang putih yang melarikan diri bersamanya hanya divonis satu tahun ekstra kerja kontrakan dan tambahan tiga tahun kerja rodi untuk koloni. Inilah salah satu pertama kalinya adanya perbedaan secara hukum antara orang Eropa dan orang Afrika, dan pertama kalinya ada hukuman perbudakan di daerah jajahan Inggris. Pada tahun 1654, John Casor, seorang pekerja kontrak hitam, adalah orang pertama yang dinyatakan sebagai seorang budak di sebuah kasus hukum perdata. Ia melapor kepada seorang pejabat bahwa pemiliknya, seorang kolonis berkulit hitam bernama Anthony Johnson, tetap memperkerjakannya padahal masa kontrakannya telah lewat. Seorang tetangga bernama Robert Parker, akan bersaksi di pengadilan jika ia tidak melepaskan Casor, menurut undang-undang setempat, Johnson bisa kehilangan beberapa hak-hak utama atas tanahnya. Di bawah paksaan, Johnson membebaskan Casor, Casor lalu kontrak selama 7 tahun dengan Parker. Johnson merasa dicurangi, lalu ia menuntut Parker karena ingin memiliki Casor kembali. Pengadilan Northampton County memutuskan bahwa Parker memegang Casor secara tidak sah, dan "Casor adalah milik Johnson untuk selama hidupnya". Karena orang-orang keturunan Afrika bukan warga Inggris sesuai kelahiran, maka mereka dianggap sebagai orang asinh dan biasanya berada di luar Undang-Undang Umum Inggris. Elizabeth Key Grinstead, seorang wanita blasteran, bisa berhasil memperoleh kebebasannya dan anaknya di pengadilan Virginia dengan berdalil bahwa ia putri seorang Inggris bebas, Thomas Key. Elizabeth juga dibaptis sebagai seorang Kristen. Kuasa hukumnya dan ayah anaknya juga orang Inggris bebas, sehingga hal-hal ini bisa membantu kasusnya. Tidak lama setelah kasus Elizabeth Key ditangani dan beberapa kasus serupa, Virginia pada tahun 1662 menetapkan undang-undang berprinsip partus sequitur ventrum (disingkat partus), yang menyatakan bahwa setiap anak yang lahir dari seorang ibu budak, statusnya juga sebagai seorang budak, tidak perduli apakah ayahnya juga seorang Inggris bebas. Hal ini berbeda dengan praktik umum undang-undang Inggris di mana anak-anak warga Inggris secara otomatis mendapatkan status ayah mereka. Perubahan ini melembagakan relasi kekuasaan antar pemilik budak dan wanita budak, membebaskan pria berkulit putih dari tanggung-jawab hukum untuk mengurusi keturunan blasteran mereka, dan sedikit membatasi aib terbuka yang berkenaan dengan anak-anak blasteran dan percampuran ras ke dalam kediaman para budak saja. Perundang-undangan Virginia tahun 1705 mengenai Budak mendefinisikan orang-orang yang diimpor dari negara non-Kristen, orang Indian Amerika yang dijual kepada orang kulit putih oleh suku Indian lainnya, atau ditangkap pada penyerbuan di desa-desa Indian oleh orang Eropa, rape sebagai budak. Hal ini memberikan dasar hukum untuk memperbudak bangsa-bangsa asing non-Kristen. Pada tahun 1735, Dewan Kepercayaan Georgia (The Georgia Trustee) menyetujui undang-undang untuk melarang perbudakan di koloni yang baru, yang sudah didirikan pada tahun 1733 untuk membantu orang-orang miskin yang baik atau orang-orang Protestan Eropa membuat awal baru. Dewan Kepercayaan Georgia ingin menghapus risiko adanya pemberontakan budak dan membuat Georgia lebih handal membela diri jika diserang orang Spanyol dari selatan, yang menawarkan kebebasan bagi budak-budak yang melarikan diri. James Edward Oglethorpe adalah kekuatan besar di belakang koloni, dan satu-satunya anggota Dewan Kepercayaan yang tinggal di Georgia. Ia menentang perbudakan berdasarkan alasan-alasan moral, selain alasan pragmatis, serta secara keras membela larangan perbudakan meski ditentang secara sengit oleh pedagang budak Carolina dan para spekulan tanah. Perdagangan budak dalam negeri menjadi perniagaan terbesar di Selatan di luar perkebunan itu sendiri, dan mungkinlah yang paling canggih dalam penggunaan transportasi modern, keuangan dan publisitas. Pada akhirnya, perdagangan budak dengan segala terminal dan pusat-pusat regionalnya, rape jalur dan cabangnya, mencapai segala sudut masyarakat Selatan. Sepuluh undang-undang Selatan menyatakan bahwa perlakuan buruk terhadap seorang budak merupakan tindak pidana. Kelas seperti ini kita harus punya, atau kalau tidak maka kelas yang lain yang menuju ke kemajuan, peradaban dan kehalusan tidak akan kita punyai. Ia memiliki bukti kuat bahwa sebagian besar pemilik budak adalah orang-orang berkulit hitam bebas yang membeli anggota keluarganya atau yang bertindak baik hati. Setelah tahun 1810 negara-negara bagian Selatan membuat peraturan menjadi lebih sulit bagi para pemilik budak untuk membebaskan para budak. Maka mereka yang membeli anggota keluarga sendiri tidak ada pilihan lain untuk mempertahankan hubungan budak dan majikan, paling tidak secara resminya. 1861". Lalu tambahnya, "banyak dari rekrut baru menyewa tanah dari, menjual panen atau bekerja bagi pemilik budak. The English Revolution and the Atlantic Origins of Abolition. The American Historical Review. Higginbotham, A. Leon (1975). In the Matter of Color: Race and the American Legal Process: The Colonial Period. Tom Costa (2011). "Runaway Slaves and Servants in Colonial Virginia". Source: Miller and Smith (eds), Dictionary of American Slavery (1988), p. Taunya Lovell Banks, "Dangerous Woman: Elizabeth Key's Freedom Suit - Subjecthood and Racialized Identity in Seventeenth Century Colonial Virginia", Digital Commons Law, University of Maryland Law School. Tony Seybert (4 Aug 2004). "Slavery and Native Americans in British North America and the United States: 1600 to 1865". Slavery in America. The internal slave trade became the largest enterprise in the South outside the plantation itself, and probably the most advanced in its employment of modern transportation, finance, and publicity. Glatthaar, Joseph. General Lee's Army: From Victory to Collapse. New York: Free Press, 2009, pp. Slavery: The Progressive Institution?